Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Rp 102.000 Bisa Mudik dari Balikpapan ke Yogyakarta, Begini Caranya

Kompas.com - 04/06/2019, 19:35 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi


KULON PROGO, KOMPAS.com -Ada banyak pilihan untuk mudik gratis ke kampung halaman pada masa musim Lebaran 2019. Salah seorang warga Balikpapan, Kalimantan Timur, Dini (40), menceritakan bahwa dirinya memilih menumpang kapal perang TNI Angkatan Laut untuk pulang kampung.

Ia berlayar 44 jam bersama KRI Makassar-590 bikinan Korea Selatan 2007. Ia bertolak dari Pelabuhan Semayang Balikpapan, Sabtu (1/6/2019), pukul 16.00.

Warga Kelurahan Gunung Samarinda Baru ini merapat di Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Senin (3/6/2019) pukul 12.00.

"Pengalaman yang tidak terlupakan," kata Dini ditemui di Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (2/6/2019).

Baca juga: Tak Layani Arus Mudik, KM Sabuk Nusantara Dilaporkan ke Kemenhub

Mudik, tradisi yang kembali terwujud. Dini mengejar hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah yang jatuh pada Rabu (5/6/2019), untuk berlebaran bersama kedua orang tua, suami, dan seorang anaknya.

Tidak setiap hari raya ia bisa pulang. Ia sering kali tetap kebagian jadwal bekerja meski hari raya. Kali ini libur panjang dan Dini mengaku tidak kebagian jadwal piket kerja. Karenanya, Dini mencoba peruntungan bisa mudik di tahun ini. Kebetulan ada mudik bareng menggunakan moda milik TNI AL.

Ini bukan moda biasa karena sejenis kapal perang. Kapal ini biasa mengangkut logistik tentara, pasukan, kendaraan tempur, sampai helikopter. Kapal ini sudah beberapa kali melayani mudik gratis di Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.

Dini menceritakan, dirinya memperoleh informasi mudik gratis dari teman. Dini mulai mendaftar jadi penumpang hingga masuk ke kapal berkat bantuan teman.

Dini memperoleh kepastian bahwa perjalanan dengan kapal perang itu memakan waktu hampir 44 jam hingga Surabaya.

Baca juga: Cerita Para Porter yang Tak Bisa Mudik Saat Lebaran

Menantang, pikir Dini. Tekad pulang dengan kapal perang ini tetap bulat. Tak lupa, sebelum turut berlayar, Dini memposting perjalanannya ke laman Facebook.

Merasakan hidup mudik dengan kapal perang memang berbeda dibanding dengan berbagai moda transportasi. Penumpang ikut merasakan perjalanan hidup di tengah kehidupan disiplin para tentara.

Mengikuti kehidupan singkat para tentara ini malah membangkitkan rasa bangga dan kagum pada pengabdian mereka.

Belum apa-apa, Dini sempat membayangkan, nanti akan ada saja batasan di atas kapal. Ia membayangkan bahwa mereka di balik seragam loreng itu memiliki perangai galak, penuh teguran, dan tidak ramah.

Kenyataan berkata lain. Kekawatirannya sirna sepanjang perjalanan KRI-Makassar.

Ia malah menemukan para tentara nan ramah. Mereka tidak keberatan membersihkan geladak kapal yang cepat sekali kotor akibat penumpang gratisan yang merokok sembarang tempat, membuang puntung rokok di sela-sela lantai, membuang sisa makanan di wastafel hingga kloset. Dini menemukan pengalaman itu sepanjang perjalanan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com